Oleh: Novi Nurhayati, M.Pd.
Proyek Miniatur Catapult
Berawal dari program Dinas Pendidikan Kota Bandung, implementasi pembelajaran STEM (Science Technology Engineering Mathematic) disosialisasikan secara masif di semua SMP negeri dan swasta di Kota Bandung. Aku mengikuti seleksi Training Of Trainer STEM secara daring se-Kota Bandung. Semua guru mata pelajaran Matematika dan IPA di sekolahku ikut berpartisipasi dalam seleksi itu.
Aku salah satu dari 100 orang guru yang telah lulus seleksi melanjutkan kegiatan training calon Master Teacher STEM. Aku sangat semangat mengikuti pelatihan tersebut. Pasalnya aku bisa belajar bersama dengan guru-guru hebat se-Kota Bandung. Kami mengimplementasikan pembelajaran berbasis STEM di kelas kami masing-masing.
Miniatur catapult adalah proyek pertamaku menggunakan pembelajaran STEM. Proyek yang sangat sederhana bagi siswaku yang duduk di kelas 8. Penerapan pesawat sederhana di pembelajaranku itu dilakukan di semua kelas yang aku ajar. Awalnya kami membentuk tim guru dari mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Prakarya, dan Bahasa Inggris.

Seluruh siswa membuat desain hasil diskusi kelompoknya. Tahapan membuat desain adalah hal yang cukup penting pada implementasi pembelajaran dengan pendekatan STEM. Gambar di samping merupakan salah satu contoh desain catapult buatan siswa.
Produk yang dihasilkan dari pembelajaran tersebut adalah model catapult, video berisi penjelasan cara pembuatan alat dan penjelasan konsep yang ada dalam alat. Pada sebagian video tersebut terdapat bagian yang dijelaskan menggunakan bahasa Inggris.
Proyek Miniatur Mesin Pembersih Sungai
Implementasi pembelajaran STEM diimbaskan ke semua sekolah di SMP Kota Bandung. Tim SMPN 22 Bandung menyiapkan proyek yang kedua. Rapat koordinasi terus dilakukan oleh tim yang terdiri dari guru mata pelajaran Matematika, IPA, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Prakarya. Kami berkolaborasi menyiapkan pembelajaran dengan proyek miniatur mesin pembersih sungai. Kali ini tidak semua siswa dilibatkan dalam proyek. Kami melakukan seleksi peminatan kepada semua perwakilan kelas menggunakan sistem SAKOJA, yang merupakan sistem ujian daring andalan kota Bandung. Dari 800 siswa yang ikut seleksi, terpilih 40 siswa terbaik yang memiliki minat lebih di bidang sains dan teknologi. Memang diperlukan siswa dengan minat tinggi, mengingat proyek kali ini tergolong lebih rumit dibanding proyek sebelumnya.
Pelaksanaan pembelajaran dilakukan di luar jam pelajaran dengan kolaborasi guru yang membimbing. Kami memberikan pengetahuan masalah banyaknya sampah di sungai. Dalam pembelajaran dengan pendekatan STEM, terdapat dua ciri khas utama yaitu pembelajaran berbasis masalah untuk mencari solusi dan Engineering Design Product (EDP). EDP merupakan tahapan seorang engineer mengolah ide, menuangkan dalam bentuk desain yang detail, uji coba desain, hingga mendesain ulang sampai mendapatkan alat yang sesuai.
Hasil dari pembelajaran berbasis STEM bukan hanya bertumpu pada penguasaan konsep, namun siswa belajar untuk tidak mudah menyerah, mencari solusi dari kegagalan, berpikir kritis, kolaborasi, kreatif, dan komunikatif.

Alat pembersih sungai yang digagas oleh siswa SMPN 22 Bandung ini bukanlah filter air kotor, namun alat ini berfungsi membantu manusia untuk mengumpulkan sampah yang terbawa oleh air sungai agar lebih mudah dibuang ke tempat sampah. Anggap saja alat ini sebagai pemulang sampah otomatis yang mengapung di sungai. Digerakkan oleh motor sederhana bertenaga baterai, miniatur pembersih sungai ini memindahkan sampai yang mengapung di sungai ke dalam tempat penampungan. Ini ide yang cukup bagus untuk usia siswa SMP.
STEM SMPN 22 Bandung Go Nasional
Setelah semua SMP di Kota Bandung mengimplementasikan pembelajaran dengan pendekatan STEM, kami diminta untuk melakukan ekspos di tingkat kota Bandung. Bertempat di salah satu SMP swasta, aku bersama tim ikut berpartisipasi menyampaikan pengalaman kami mengimplementasikan pembelajaran STEM. Aku menyaksikan presentasi dari banyak sekolah, lalu kusadari betapa banyak ide cemerlang dari sekolah-sekolah untuk memcahkan masalah di sekitar kita. Tim penilai ekspos merupakan gabungan dari pihak UPI dan SEAQIS. Dari sekian banyak peserta ekspos, akan dipilih tiga presenter terbaik untuk mewakili Kota Bandung.
SMPN 22 Bandung menempati urutan pertama presenter terbaik, sehingga kami beserta dua sekolah lain dapat menjadi presenter praktik baik di Kemdikbud. Jujur saja, bagiku kemdikbud adalah tempat yang belum pernah aku kunjungi. Apalagi harus presentasi tingkat nasional. Membayangkannya saja sudah membuatku tegang, namun karena support dari dinas pendidikan, kepala sekolah, serta tim STEM akhirnya aku bisa memberanikan diri untuk tampil. Pengalaman yang sangat berharga dan tidak akan terlupakan. Pembelajaran STEM membuatku go nasional, bahkan ditayangkan secara daring se-ASEAN.